Jumat, Oktober 23, 2009

LANDASAN SEJARAH PENDIDIKAN


Dalam sejarah panjang kita sejak pembentukan kita sebagai bangsa (nation formation) sampai kepada terbentuknya negara bangsa (state formation dan nation state) yang merdeka, pada setiap kurun zaman , pendidikan tidak dapat dilepaskan dari filsafat yang menjadi fondasi utama dari setiap bentuk pendidikan karena menyangkut sistem nilai-nilai (systems of values) yang memberi warna.dan menjadi “semangat zaman” (zeitgeist) yang dianut oleh setiap individu, keluarga, anggota-anggota komunitas atau masyarakat tertentu, atau pada gilirannya bangsa dan negara nasional .
Landasan filsafat ini hanya dapat dirunut melalui kajian sejarah, khususnya Sejarah Pendidikan Indonesia.

Sebagai komparasi, di negara-negara Eropa dan Amerika pada abad ke -19 dan ke-20 perhatian kepada Sejarah pendidikan telah muncul dari dan digunakan untuk maksud-maksud lebih lanjut yang bermacam-macam antara lain untuk membangkitkan kesadaran berbangsa, kesadaran akan kesatuan kebudayaan ,pengembangan profesional guru-guru, atau untuk kebanggaan terhadap lembag-lembaga dan tipe-tipe pendidikan tertentu ( Silver, 1985:2266).

Substansi dan tekanan dalam Sejarah pendidikan itu bermacam-macam tergantung kepada maksud dari kajian itu mulai dari tradisi pemikiran dan para pemikir besar dalam pendidikan, tradisi nasional, sistem pendidikan beserta komponen-komponennya, sampai kepada pendidikan dalam hubungannya dengan sejumlah elemen problematis dalam perubahan sosial atau kestabilan, termasuk keagamaan, ilmu pengetahuan (sains), ekonomi, dan gerakan-gerakan sosial. Sejarah pendidikan erat kaitannya dengan sejarah intelektual dan sejarah sosial (Silver, 1985: Talbot, 1972:193-210).

Selama ini sejarah pendidikan masih menggunakan pendekatan lama atau tradisional yang umumnya diakronis yang kajiannya berpusat pada sejarah dari ide-ide dan pemikir-pemikir besar dalam pendidikan, atau sejarah dan sistem pendidikan dan lembaga- lembaga, atau sejarah perundang-undangan dan kebijakan umum dalam bidang pendidikan.(Silver,1985:2266). Pendekatan yang umumnya diakronis ini dianggap statis,sempit serta terlalu melihat ke dalam. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan dalam pendidikan besrta segala macam masalah yang timbul dan ditimbulkannya. Penanganan serta pendekatan baru dalam sejarah pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan yang mendesak oleh para sejarawan pendidikan kemudian ( Tabolt, 1972:206-207)

Sehubungan dengan di atas pendekatan sejarah pendidikan baru tidak cukup dengan cara-cara diakronis saja. Perlu ada pendekatan metodologis yang baru, antara lain interdisiplin. Dalam pendekatan interdisiplin dilakukan kombinasi pendekatan diakronis sejarah dengan sinkronis ilmu-ilmu sosial. Sekarang ini ilmu-ilmu sosial tetentu seperti antropologi, sosiologi, dan politik telah memasuki “perbatasan” (sejarah) pendidikan dengan “ilmu-ilmu terapan” yang disebut antropologi pendidikan, sosiologi pendidikan, dan politik pendidikan. Dalam pendekatan ini dimanfaatkan secara optimal dan maksimal hubungan dialogis “simbiose matualistis” antara sejarah dan ilmu-ilmu sosial.

Sejarah Pendidikan Dunia

Umur sejarah pendidikan dimulai dari zaman Hellenisme tahun 150-500 SM ke zaman pertengahan tahun 500-1500, zaman Hunamisme atau renaissance serta zaman Reformasi dan kontra reformasi tahun 1600 –an. Pendidikan zaman-zaman ini belum banyak memberikan kontribusinya kepada pendidikan zaman sekarang

Pendidikan mulai menunjukkan eksistensinya sejak zaman realisme. Realisme menghendaki pikiran yang praktis. Saat ini berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam.Tokoh realisme zaman ini adalah Francis Bacon (abad ke 17) yang mengembangkan metode induktif. Tokoh Realisme yang lain yaitu johan Amos Comenius, yang terkenal dengan bukunya Janua Linguarum Reserata atau Pintu Terbuka bagi Bahasa tahun 1631. Didactica Magna atau buku Didaktik Yang Besar tahun 1632, dan Orbis Pictus atau Gambar Dunia tahun 1651.

Sesudah itu berkembang paham Rasionalisme atau disiplinarianisme dengan tokohnya Jhon Locke pada abad ke 18. Aliran ini bertujuan memberikan kekuasaan bagi manusia untuk berpikir sendiri dan bertindak untuk dirinya.

Tokohnya adalah J.J Rousseau yang menulis buku berjudul Emile, Herbart yang menginginkan pembentukan manusia sosial yang bermoral tinggi, Frobel yang ingin mengembangkan semua kapasitas dan kekuatan yang laten pada anak-anak dan Stanlay Hall yang bertujuan mengembangkan semua kekuatan-kekuatan yang ada sehingga memperoleh kehidupan yang harmonis.

Pada abad ke-19 berkembang zaman Developmentalisme yang memandang pendidikan sebagai proses pengembangan jiwa yang berlangsung dalam setiap individu.Tokoh-tokoh aliran ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm frobel di Jerman dan Stanley Hall di Amerika Serikat.

Selanjutnya pada abad ke-19 berkembang zaman Nasionalisme. Paham ini muncul sebagai upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialisme. Tokohnya adalah Chalotais di Perancis, Fichte di Jerman dan Jefferson di Amerika Serikat. . Pada abad tersebut muncul juga aliran liberalisme dan positisvisme. Tokoh Liberlisme adalah Adam smith dalam bidang ekonomi. Tokoh aliran positivisme dalah August Comte yang hanya percaya kepada kebenaran yang diamati oleh panca indera.

Pada abad ke-20 muncul aliran sosial dalam pendidikan dengan tokoh-tokohnya Paul Natorp dan George Kerschensteiner di Jerman serta John Dewey di Amerika Serikat. Maria Montessori, Ovide Declory dan Hellen Parkhurst dengan pendidikan bebas, dengan semboyan mendidik dalam kebebasan untuk kebebasan.

Sejarah pendidikan di Indonesia.

Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda.

Tokoh-tokoh pendidik itu adalah :

1. Mohammad Syafei

Yang mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada tanggal 31 Oktober 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di desa Kayutanam. Sekolah ini berawal dari sebuah rumah yang disewa sebagai kelas belajar, namun kemudian berkembang menjadi sebuah kampus dengan fasilitas yang lengkap. INS memiliki falsafah pendidikan yang berorientasi kepada bakat serta sifat aktif, kreatif, dan produktif yang berlandaskan kepada alam yang berkembang. Salah satu program yang dikembangkan adalah Seni rupa dan kerajinan . (Syafwandi:2001) atau Http://digilib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-2001-syafwandi-1726&width=300

2. Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara setelah pulang dari pengasingan, bersama-sama rekan seperjuangannya mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yaitu National Onderwijs Institut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada tanggal 3 Juli 1922. Pemerintah Belanda berupaya merintangi dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi tersebut dicabut. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu.

Tahun 1947 direvisi yang diberi nama Panca Darma. Isi Panca Darma yaitu:

1 Kemanusiaan, yaitu berupaya menghargai sesama manusia dan mahluk tuhan lainnya

2 Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka dan duka , tetapi menghindari chaufinistis, dan tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan.

3 Kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan.

4 Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan berkembang sesuai dengan kodrat alam.

5 Kemerdekaan atau kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas mengembangkan diri sendiri

3. Kyai Haji Ahmad Dahlan

Tanggal 8 dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M adalah kelahiran sebuah gerakan islam modernis terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota Santri Kauman Yokyakarta, diajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim“Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, th.1912), Yang kemudian baru disyahkan oleh gubernur Jendral Belanda pada 22 Agustus 1914.Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan nabi Muhammad. Penisbahan nama tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma mengandung pengertian “ Dengan nama itu dia bermaksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu ialah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran nabi Muhammad s.a.w, yaitu islam. Dan tujuannya adalah memahami dan melaksanakan agama islam sebagai yang memang ajaran yang serta dicontohkan oleh nabi Muhammad saw, agar supaya dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama islam. Dengan demikian ajaran islam yang suci dan benar itu dapat memberi napas bagi kemajuan umat islam dan bangsa Indonesia pada umumnya” .

Menurut Nurcholis Madjid (1983,310) Dahlan memang sosok pencari kebenaran yang hkiki, yang menangkap apa yang tersirat dalam tafsir Al-Manar dan tokoh unik karena usaha pembaharuannya tidak melalui pendahuluan atau prakondisi tertentu sebelumnya.

Secara Idelistik menurut Djarnawi (t.t:68) gagasan untuk mendirikan Muhamadiyah timbul dalam hati sanubari Kyai Dahlan sendiri karena didorong oleh sebuah ayat dalam Al-Qur’an yakni surat Al-Imran 104, yang berbunyi “Wal takum minkum ummatun yad’u;na ilal khairi wa yakmuru : na bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil munkari wa ula: ika humul muflihun”: Adakanlah diantara kamu segolongan umat yang menyuruh manusia kepada keutamaan dan menyuruh berbuat kebajikan serta mencegah berlakunya perbuatan yang munkar. Umat yang berbuat demikian itulah yang akan berbahagia.(www.muhammadiyah-or-id) Sejarah Singkat Pendirian

Persyarikatan Muhammadiyah 2006

Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :

1. Perubahan cara berfikir

2. Kemasyarakatan

3. Aktivitas

4. Kreativitas

5. Optimisme

Masa Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia pada awalnya bersifat kedaerahan dan mulai berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya Budi Utomo tahun 1908 oleh Dr.Wahidin. Organisasi Budi Utomo dengan Ciri-ciri:

Dasar organisasi adalh kebudayaan.

Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan terutama kebudayaan.

Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang bukan pelajar.

Masa Pembangunan

Pembangunan dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material Prioritas pertama yaitu pada bidang ekonomi, karena ekonomi memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa dan negara. Sementara itu pembangunan di bidang lain tetap dilaksanakan secara proporsional sejalan dengan keberhasilan pembangunan ekonomi.

Untuk mencapai maksud di atas dikembangkan kebijakan Link and Match. Link berarti pendidikan memilki kaitan fungsionaldengan kebutuhan pasar. Merupakan inplementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan keseimbangan , koordinasi, pengaturan, perencanaan, dan program kerja.. Match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang dipersyaratkan. Merupakan dampak outcome serta efisiensi internal dan eksternal. Beberapa inovasi yang dilakukan antara lain:

Tilaar (1996) , PPSP yang mencobakan belajar dengan modul, SD Pamong yaitu pendidikan antara masyarakat, orang tua dan guru , yang hilang dari peredaran setelah muncul SD Inpres.. Tilaar mengharapkan inovasi pendidikan bersumber dari hasil-hasil penelitian di Indonesia.

Alisyahbana (1990), Mengemukakan ada tiga macam pesimisme di kalangan para ahli pendidikan maksudnya adalah :

1. Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.

2. Orang Indonesia memiliki budaya begitu lambanmelakukan informasi sosial

3. Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjuangkan konsep-konsep yang bertalian dengan pendidikan.

Buchori (1990), mengemukakan ada kesenjangan dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Kesenjangan Okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia pekerjaan.

2. Kesenjangan akademik artinya pengetahuan-pengetahuan yang diterima di sekalah acapkali tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kesenjangan kultural, terjadi karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan klasik dan humaniora.

4. Kesenjangan Temporal ialah kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia sekarang.

Salah satu dampak dari hasil pembangunan yang tidak seimbang itu adalah:

1. Munculnya kenakalan dan perkelahian anak-anak muda disana-sini.

2. Maraknya kolusi diberbagai kalangan sepert ditulis oleh Baharudin Lopa (1996)

3. Tingginya tingkat korupsi menurut laporan Fortune tentang korupsi di Asia dan survey internasional TIN (Jawa Post 14-8-1995 dan 10-2-1996).

Segi keberhasilan pembangunan yang menonjol yaitu:

1. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat.

2. Persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali.

3. Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar