Rabu, Oktober 14, 2009

EPISTEMOLOGI

EPISTEMOLOGI

Filsafat adalah berpikir radikal, sistematis, dan universal tentang segala sesuatu. Jadi, yang menjadi objek pemikiran filsafat adalah segala sesuatu yang ada. Segala yang ada merupakan bahan pemikiran filsafat. Karena, filsafat merupakan usaha berpikir manusia yang sistematis.

Al-Syaibany (1979) mendefinisikan filsafat sebagai usaha mencari yang hak dan mengenai kebenaran, atau usaha untuk mengetahui sesuatu yang berwujud, atau usaha untuk mengetahui tentang segala sesuatu yang mengelilingi manusia dalam alam semesta ini. Kehidupan, manusia dan pencipta alam semesta, sifat-sifat dan nilai-nilai kemanusian. Filsafat membahas tiga persoalan pokok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan masalah nilai.

Sidi Gazalba ( 1973 ) menegemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas ;

1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah : filsafat hakikat atau ontology, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce.

2. Teori pengetahuan, yang mempersoalkan : hakikat pengetahuan, dari mana sala atau sumber pengetahuan, bagaimana membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang benar dan apakah yang dapat diketahui manusia, serta sampai dimana batas pengetahuan manusia.

3. Filsafat nilai, yang membicarakan : hakikat nilai, dimana letak nilai, apakah padfa bendanya, atau pada perbuatannya, atau pada manusia yang menilainya, mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapa yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian.

Berdasarkan tiga persoalan filsafat yang utama, yaitu persoalan tentang keberadaan, persoalan tentang pengetahuan, persoalan tentang nilai-nilai, maka cabang filsafat adalah sebagai berikut :

  1. Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence). Persoalan keberadaan atau eksistensi bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu metafisika

Metafisika dapat dibagi menjadi dua bagia, yaitu

1. Ontologi mempersoalkan tentang esensi dari yang ada, hakikat dari segala wujud yang ada. “ Ontology is the theory of being qua being” (Runes, 1963 : 219)

2. Metafisika khusus mempersoalkan teologi, kosmologi dan antropologi

  1. Persoalan Pengetahuan (knowledge) atau kebenaran ( truth ). Pengetahuan ditinjau dari segi isinya berkaitan dengan cabang filsafat yaitu epistemology. Adapun kebenaran ditinjau dari segi bentuknya bersangkutan dengan cabang filsafat, yaitu logika.
  2. Persoalan nilai-nilai (value). Nilai-nilai dibedakan menjadi dua, nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu etika, dan nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat yaitu estetika.

I. Pengertian Epistemologi

Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi (metafisika Umum). Kalau pada metafisika pertanyaan pokoknya adalah apakah hal yang ada itu ? Maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah apakah yang dapat saya ketahui?

Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata menyimpan “misteri” pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, bukan saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya.

Epistemologi, berasal dari bahasa Yunani “episteme” (pengetahuan) dan “logos” (kata/pembicaraan/ilmu/teori) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.

Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi “theory of knowledge”.

Epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas atau mengkaji tentang asal, struktur, metode, serta keabsahan pengetahuan. “Epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, method, and validity of knowledge” (Runes, 1963 : 94)

Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya adalah “apa yang dapat saya ketahui”? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).

Epistemologi atau Teori Pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

Menurut Langeveld (1961), epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsure-unsur dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode dan batasa-batasannya.

Epistemologi membahas persoalan pengetahuan. Mungkinkah pengetahuan yang diperoleh atau tidak. Dapatkah kita memiliki pengetahuan yang benar ? Kita mengharapkan pengetahuan Yng benar bukan pengetahuan yang khilaf, yang mendasarkan pada khayalan belaka. Dalam epistemology, yang paling pokok perlu dibahas adalah apa yang menjadi sumber pengetahuan, bagaimana struktur pengetahuan.

Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).

Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

II. Arti Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsure yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh karena itu, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya.

III. Sumber Pengetahuan

Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dengan melalui beberapa sumber.

Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:

1.Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (empereikos= pengalaman). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 –1704), George Barkeley (1685 -1753) dan David Hume.

2.Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris.

Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 –1650, Baruch Spinoza (1632 –1677) danGottriedLeibniz (1646 –1716).

3.Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses pernalaran tertentu.

Henry Bergson menganggap intuisi merupakanhasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.

4.Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rosul). Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.

5.Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.

Kita menerima suatu pengetahuan itu benar, bukan karena telah menceknya di luar diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas ( suatu sumber yang berwibawa, memiliki wewenang, berhak) di lapangan.

IV. Teori Pengetahuan

Ada beberapa teori yang dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau salah, yaitu :

  1. Teori korespondensi (correspondence theory)

Menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran dengan situasi lingkungannya.

  1. Teori koherensi (coherence theory)

Menurut teori koherensi, kebenaran bukan persesuaian secara harmonis antara pikiran dengan kenyataan, melainkan kesesuaian dengan pengetahuan kita secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan yang dimiliki.

  1. Teori pragmatisme (pragmatism theory)

Menurut teori pragmatisme, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bias mengetahui dari pengalaman kita saja.

V. Aliran-Aliran Epistemologi

1. Skeptisisme

Skeptisisme adalah aliran yang secara radikal dan fundamental tidak mengakui adanya kepastian dan kebenaran pengetahuan atau sekurang-kurangnya menyangsikan secara fundamental kemampuan pikiran manusia untuk mendapat kepastian dan kebenaran.

Skeptisisme berasal dari bahasa Yunani, skeptomai: memperhatikan dengan cermat, teliti.

Skeptisisme adalah aliran atau sistem pemikiran yang mengajarkan sikap ragu sebagai sikap dasar yang fundamental dan universal.

Tokoh-Tokohnya: Democritus, Protagoras, Phyrro, Montaigne, Charron, Bayle, Nietze, Spengler, Goblot.

2. Relativisme

Relativisme adalah suatu aliran atau paham yang mengajarkan bahwa kebenaran itu ada, akan tetapi kebenaran itu tidak mempunyai sifat mutlak.

Istilah relativisme diangkat dari kata relatif, berasal dari kata latin reffere: membawa, mengacu, menghubungkan . dari situ timbullah kata relatio yang artinya relasi: hubungan, ikatan. Relativisme: adanya ikatan, adanya keterbatasa, nisbi.

3. Fenomenalisme

Phenomenalism: theory that knowledge is limited to phenomena including: (a) physical phenomena or totally of objects of actual and possible perception; and (b) mental phenomena, the totally of objects of introspection. ( Fenomenalisme: teori yang memandang pengetahuan terbatas pada gejala (fenomena) yang mencakup: (a) fenomena fisik atau seluruh object yang nyata dan dapat dipersepsi; dan (b) fenomena mental, yakni seluruh object yang dapat diintrospeksi).

Tokohnya: Kant, Comte, Spencer).

4. Empirisisme

Empiricism: (1) a proposition about sources of knowledge: that the sole source of knowledge is experience; or that no knowledge at all or no knowledge with existential reference is possible independently of experience. (2) A proposition about origin of ideas, concepts, or universals: that they or at least those of theme having existential reference are derived solely or primarily from experience or some significant part of experience. (Empirisme: (1) Sebuah dalil tentang sumber pengetahuan: dimana sumber pengetahuan adalah pengalaman; tidak ada pengetahuan yang eksistensial kecuali hal-hal mungkin dialami secara bebas. (2) Sebuah dalil tentang sekitar asal mula ide-ide, konsep-konsep atau hal-hal universal: dimana hal-hal acuan yang eksis adalah sesuatu diperoleh semata-mata atau terutama didapatkan dari pengalaman atau beberapa bagian penting dari pengalaman.

5. Subjektivisme

Subjectivism: the restriction of knowledge to the knowing subject and its sensory. Affective and volitional states and to such external realities as may be inferred from the mind’s subjection states. (Subjectivism: aliran yang membatasi pengetahuan pada hal-hal (objek) yang dapat diketahui dan dirasa. Kecendrungan dan kedudukan kemauan pada realitas eksternal sebagai sesuatu yang bisa ditinjau dari pemikiran yang subjektif).

Referensi

Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu & Perkembanganya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Uyoh Sadulloh. 2009. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.

http://grelovejogja.wordpress.com/2008/09/11/aliran-aliran-epistemologi/

download tgl 14 oktober 2009 jam 10.00 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar