Senin, November 15, 2010

Silabus Matematika SMA XII IPS

Selengkapnya...

RPP Matematika SMA Kelas XII IPS

Selengkapnya...

Minggu, April 04, 2010


TEORI TAHAP-TAHAP BELAJAR DARI JEROME BRUNER


Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan yaitu mengolah apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme).
Teori belajar bruner dikenal oleh tiga tahapan belajarnya yang terkenal, yaitu enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Hal tersebut adalah proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yakni: (1) Tahap enaktif; dalam tahap ini peserta didik di dalam belajarnya menggunakan atau memanipulasi obyek-obyek secara langsung. (2) Tahap ikonik; pada tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek. Dalam tahap ini, peserta didik tidak memanipulasi langsung obyek-obyek, melainkan sudah dapat memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari obyek. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep (Sugandi, 2004:37). (3) Tahap simbolik; tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek-objek. Anak mencapai transisi dari pengguanan penyajian ikonik ke penggunaan penyajian simbolik yang didasarkan pada sistem berpikir abstrak dan lebih fleksibel. Dalam penyajian suatu pengetahuan akan dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai pemahaman.


Salah satu model pembelajaran dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang melambangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dalam prinsip konstruksitivis dan discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri.
Menurut Jerome Bruner manusia mempunyai kapasitas dan kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely short term)/ingatan segera (immediate memory) (item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik). Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup).
Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah :
1. Stimulus ( pemberian perangsang)
2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah)
3. Data collection ( pengumpulan data)
4. Data Prosessing (pengolahan data)
5. Verifikasi
6. Generalisasi
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak,serta untuk mengembangkan program pengajaran yang lebih efektif adalah dengan mengoordinasikan model penyajian bahan dengan cara di mana anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuan anak, guru harus memberikan kesempatan kepada muridnya dalam menemukan arti bagi diri mereka sendiri dan mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa yang dimengerti oleh mereka. Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat diajarkan secara efektif, dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam tahap perkembangan manapun.
Dalam pengajaran di Sekolah Brunner mengajukan bahwa dalam pembelajaran hendaknya mencangkup:
1) Pengalaman – pengalaman optimal untuk mau dan dapat belajar. Artinya bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu.
2) Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman optimal. Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari suatu pengetahuan yang dipelajari anak–anak.
3) Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
4) Bentuk dan pemberian reinforsemen. Selengkapnya...

Kamis, Desember 03, 2009

Definisi, Pengertian, Keputusan dan Simpulan

DEFINISI, PENGERTIAN KEPUTUSAN & SIMPULAN

 A. DEFINISI
             Untuk mendapatkan pengetahuan yang ilmiah, seorang ilmuwan dituntut bisa membuat suatu definisi dari setiap konsep dengan baik dan bisa bernalar dengan baik dari setiap proposisi yang digunakannya.
             Definisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas pada sesuatu, menentukan batas, memberikan ketentuan atau batasan arti. Jadi, definisi dapat diartikan penjelasan apa yang dimaksudkan dengan sesuatu term, atau dengan kata lain definisi ialah suatu pernyataan yang memuat penjelasan tentang arti suatu term. Definisi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pangkal disebut definiendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan bagian pembatas disebut definiens yang berisi uraian mengenai arti bagian pangkal. Misalnya: manusia adalah mahluk berakal. Dalam definisi tersebut manusia adalah definiendum, dan mahluk berakal adalah definiens.
          Definisi merupakan unsur atau bagian dari ilmu pengetahuan yang merumuskan dengan singkat dan tepat mengenai objek atau masalah. Definisi sangat penting bagi seseorang yang menginginkan sanggup berpikir dengan baik. Pernyataan sebagai suatu bentuk definisi harus terdiri atas dua bagian, yaitu definiendum dan definiens, dua bagian ini harus ada jika tidak bukanlah suatu definisi. Definisi atau batasan arti banyak macamnya, yang disesuaikan dengan berbagai langkah, lingkungan, sifat, dan tujuannya.
Secara garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi realis, dan definisi praktis.(Noor Ms Bakry, 1983)

1.  Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti.
Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.


Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu:
·    jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti da pengertiannya yang sangat biasa,
·       jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat
·      jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat.

2.  Definisi realis ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu term. Definisi realis ada 2 macam sebagai berikut:
a.   Definisi Esensial. Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian yang menyusun sesuatu hal,
Definisi esensial ada dua macam:
·      Definisi analitis, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan esensinya.
·   Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
  1. Definisi Deskriptif. Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi kausal.
·         Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut,
·         Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term.

3.  Definisi praktis ialah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif.
· Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati.
·    Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya.
·  Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.

Dalam merumuskan definisi ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan supaya definisi yang dirumuskan itu baik dan betul-betul mengungkapkan pengertian yang didefinisikan secara jelas dan mudah dimengerti.
Syarat-syarat definisi secara umum dan sederhana ada lima syarat,
1.      definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang didefinisikan,
2.      definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti hal yang didefinisikan dengan yang untuk mendefinisikan,
3.      definisi harus menghindarkan pernyataan yang memuat istilah yang didefinisikan,
4.      definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk rumusan yang positif,
5.      definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan.

Kedudukan definisi dalam ilmu pengetahuan adalah penting, karena sebelum orang dapat diajak membahas sesuatu lebih lanjut, ia perlu mengetahui dan memahami sesuatu itu terlebih dahulu.

Unsur logika terdiri dari pengertian, keputusan dan pernyataan atau penuturan. Ketiganya berupa proposisi dan merupakan kegiatan akal budi manusia.
· Pengertian adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya tanpa membenarkan dan menyangkalnya.
·    Keputusan adalah memberikan pernyataan dengan cara mengaitkan hal yang satu dengan yang lain dengan cara membenarkan atau menyangkalnya.
·  Penuturan adalah menyampaikan sesuatu berupa kesimpulan atas dasar pertimbangan dan hubungan masing-masing pernyataan keputusan.

Contoh
1.      Mencuri itu haram (proposisi mayor)
2.      Korupsi adalah mencuri (proposisi minor)
3.      Korupsi itu haram (konklusi)

Kata-kata: mencuri, korupsi, dan haram menunjukkan suatu pengertian. Paduan kata (mencuri itu haram, dan korupsi adalah mencuri) adalah keputusan. Hubungan antar keputusan adalah penuturan.
Dengan demikian, pengertian adalah unsure keputusan, keputusan adalah perpaduan pengertian, dan Penuturan adalah rangkaian keputusan

B. PENGERTIAN

Pada saat orang melihat sesuatu atau mendengar sesuatu diucapkan, dalam otak (akal budi) akan tergambar suatu image tentang sesuatu tadi, bukan kata-kata atau wujudnya. Image itulah yang menggambarkan sesuatu yang menjadi ciri pokok atau cirri sampingannya. Image inilah yang disebut pengertian.
 Dalam logika, satuan terkecil dari proposisi adalah kata, dan setiap kata harus mempunyai pengertian agar digunakan secara tepat dan cermat. Setiap kata mempunyai pengertian tertentu serta merangkum semua sifat baik konotasi (bermakna) maupun denotasinya. Pengertian ada yang bersifat bawaan (a priori) dan ada juga yang bersifat baru setelah mengalami (a posteriori).Pengertian adakalanya dihubungkan dengan pengertian yang lain, disini akan ada dua kemungkinan, ada kesamaan (identik) atau ada perbedaan (oposisi) yaitu yang berlawanan (kontradiksi) atau berkebalikan (kontra). Pengertian tertentu : universal dan khusus, singular dan kolektif, positif dan negatif, konkret dan abstrak , mutlak dan relatif. univok, ekivok dan analog.

C. KEPUTUSAN

Keputusan Merupakan kegiatan rohani yang mengakibatkan akal memberikan pernyataan terhadap sesuatu ( bisa benda atau peristiwa). Keputusan merupakan objek ideal, sedangkan realisasinya ( bisa materi atau simbol) adalah objek empiris. Suatu keputusan akan berlaku atau diketahui, bila realisasinya tertuang dengan jelas (tertulis atau oral). Dalam menarik kesimpulan dari paduan pengertian, sikap mental akan mengalami kepastian, dugaan ataupun kesangsian. Sebenarnya keputusan harus merupakan sesuatu yang pasti, tidak ragu-ragu atau bukan dugaan saja. Oleh karena itu harus berfikir kritis, jernih, cermat dan pasti. Dalam situasi ragu atau sangsi, biasanya keputusan itu diungkapkan dengan kata-kata: barangkali, mungkin, dll.

Keputusan mempunyai jenis yang beragam:
1. Dari segi kualitas, keputusan bisa bersifat affirmatif (menyuguhkan) atau negative (penyangkalan)
2.    Dari segi kuantitas, keputusan bisa bersifat menyeluruh (universal), sebagian (partikular) dan khusus (individual, singular).
3.      Dari segi kopula (hubungan subjek-predikat), keputusan bisa bersifat kategoris (jenis), hipotetis (bersyarat), dan disjunktif (terpisah).
4.    Dari segi modalitas, keputusan bisa bersifat asertoris (faktual), problematis (kemungkinan) dan apodiktis (keniscayaan).

D. SIMPULAN

Simpulan adalah intisari bacaan yang tersembunyi. Menurut sumber Pusat Bahasa definisi dari simpulan adalah : sesuatu yang disimpulkan atau diikatkan, hasil menyimpulkan; kesimpulan. Kesimpulan adalah suatu proposisi yang diambil dari beberapa premis dengan aturan-aturan inferensi. Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan. Dengan kata lain, kesimpulan adalah hasil dari suatu pembicaraan.

Cara membuat kesimpulan
  • Apabila anda menulis tentang suatu persoalan, maka kesimpulannya ialah jawaban.
  • Apabila anda menulis tentang suatu masalah,(misalnya pembicaraan), maka kesimpulan yang harus anda mencapai ialah suatu rancangan tindakan.
  • Apabila anda menulis tentang suatu pemerihalan, yakni perbincangan tentang suatu pengwujudan, maka kesimpulannya ialah suatu generalisasi tehadap apa yang telah diperihalkan.

Macam-macam kesimpulan
1.      Kesimpulan hipotesis
adalah keputusan yang kebenarannya berdasarkan syarat tertentu
2.      Kesimpulan disjungtif
adalah keputusan berdasarkan beberapa kemungkinan kebenaran pernyataan, tetapi hanya salah satu pernyataan yang benar
3.      Kesimpulan kategorial
adalah keputusan yang sama sekali tanpa berdasarkan syarat
4.      Kesimpulan particular
adalah kesimpulan yang terbatas untuk sebagian lingkungan dari suatu subjek
5.      Kesimpulan tunggal
adalah keputusan yang dinilai kebenarannya hanya tepat untuk satu (jenis) subjek
6.      Kesimpulan universal
adalah kesimpulan yang lingkungan kebenarannya bersifat umum

Ada syarat dalam penarikan kesimpulan, yaitu minimal  ada 3 proposisi, Dua premis yang bersifat umum dan khusus, serta konklusi yang berdasarkan kedua premis tadi. Ketiganya harus ada hubungan kesatuan (sintese).

 Referensi :
Surajiyo.2008. Filsafat Ilmu & Perkenbangannya di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.

Selengkapnya...

Jumat, November 06, 2009

LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Definisi Landasan Psikolgis Proses Pendidikan:

Ilmu yang mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mentalPsikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar.

A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN

Menurut pendapat beberapa ahli psikologi adalah :

* Aristoteles (384 – 322 SM)

  1. masa kanak-kanak ( 0 -7 th)
  2. Masa Anak ( 7 – 14 th)
  3. Masa Remaja (14 – 21 th)
  4. Masa Dewasa

* JJ Rouseau

  1. Masa Bayi ( 0 – 2 Th) sebagai binatang
  2. Masa kanak-kanak ( 2 – 12 th ) sebagai manusia biadab
  3. Masa remaja Awal (12 – 15 th) sebagai petualang
  4. Masa Remaja ( 15 – 24 th) sebagai manusia beradab

* Stanley Hall

  1. Masa kanak-kanak ( 0 – 4 th0 sebagai binatang melata
  2. Masa anak ( 4 – 8 th) sebagai manusia pemburu
  3. Masa remaja ( 8 – 12 th ) sebagai manusia biadab
  4. Masa remaja ( 15 – 24 th) sebagai manusia beradab

* Sigmun Freud

  1. Masa bayi (0—2 th) masa oral stage
  2. Masa anal (2—4 th) merasa senag bila ada sentuhan diberikan
  3. Masa falik (4—6th) merasa senag bila ada sentuhan kelamin
  4. Masa latensi (15—24 th) dorongan seksual tersembunyi
  5. Masa genital (12 th sampai dewasa)

* Erikson

  1. Masa bayi ( 0 – 1 th) kepercayaan pada orang tua
  2. Masa kanak-kanak ( 1 – 3 th) otonomi dan rasa malu
  3. Masa pra sekolah ( 3 – 6 th ) inisiatif dan rasa bersalah
  4. Masa sekolah ( 6 – 12 th) kemampuan menciptaqkan sesuatu
  5. masa remaja ( 12 – 18 th) integritas disri dan kebingungan

* Donald B. Helms dan Jeffrey S. Tunner (1981)

  1. Masa Pranatal (sebelum lahir sampai lahir)
  2. Masa bayi (0—2 th)
  3. Masa kanak-kanak (2—3/4 th)
  4. Masa anak kecil (3/4—5/6th)
  5. Masa anak (6—12 th)
  6. Masa remaja (12—19th)
  7. Masa dewasa muda (19—30 th)
  8. Masa dewasa (30—65 th)
  9. Masa usia lanjut (65 tahun ke atas)

Tahap-tahap perkembangan kognitif J. Piaget

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.

Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

  1. Tahap Sensorimotor ( 0 – 2 th)

Anak-anak berada pada tahap ini,pikir melalui gerak dan reaksi yang spontan. Kemudian belajar mengembangkan dan menyelaraskan gerak jasmaniahnya dengan perbuatan mentalnya menjadi tindakan-tindakan atau perbuatan yang teratur dan pasti dan juga ia belajar mengkoordinasikan akal dan gerak

  1. Tahap Praoperasional ( 2- 7 th)

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Representasi sesuatu dapat dinyatakan melalui bahasa, gambar atau permainan khayalan

b. Anak mengkaitkan pengalaman pribadinya dengan pengalaman di luar dirinya

c. Anak mengira bahwa cara berpikir dan pengalamannya sama dengan apa yang dipikirkan dan dialami orang lain

d. Anak mengira benda-benda tiruan, memiliki sifat dan fungsi sama dengan benda aslinya.

e. Anak belum dapat membedakan antara kejadian yang sebenarnya (fakta) dengan fantasinya. Karena itu, kalau ia berdusta, ”berdustanya” bukan karena moralnya jelek

  1. Tahap Operasi Konkret ( 7 – 11 th)

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Egoime yang menonjol pada anak tahap praoperasi, pada permulaan tahap ini sudah berkurang. Misalnya, anak sudah mulai dapat bermain bersama dengan anak-anak lain, mengizinkan anak lain untuk menggunakan mainannya dsb

b. Dapat memikirkan suatu benda yang memiliki beberapa karekteristik secara serentak dan mengelompokkannya dalam satu himpunan dan himpunan bagian berdasarkan karakteristik khusus.

c. Sudah mampu melakukan operasi reversibilitas.

Misalnya, anak sudah dapat memikirkan bahwa kalimat 6 + ... = 9 sama saja dengan 9 – 6 = ...

d. Sudah dapat memahami konsep kekekalan bilangan (banyaknya), kekekalan zat (massa), kekekalan panjang, kekekalan luas, kekekalan berat, dan bahkan kekekalan isi.

e. Dapat memahami pandangan orang lain dan dapat membedakan antara perbuatan salah yang disengaja dengan yang tidak disengaja

f. Masih mendapat kesukaran menjelaskan pribahasa dan belum mampu melihat arti yang tersembunyi

g. Meskipun anak telah dapat mengingat definisi yang dibuat oleh orang lain mampu menghapalkanya, namun sebelum akhir tahap ini anak masih belum dapat membuat definisi deskriptif secara tepat.

h. Meskipun sudah mampu melakukan operasi-operasi yang agak kompleks secara subtitusi, gabungan dan irisan himpunan, kebalikan (invers), namun belum mampu melakukan operasi-operasi tersebut dengan simbol-simbol.

4. Tahap Operasi Formal

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Untuk menyajikan abstraksi mentalnya, anak tidak memerlukan lagi perantara benda konkret

b. Sudah dapat mempertimbangkan banyak pandangan sekaligus dan dapat memandang perbuatannya secara objektif dan dapat merefleksikan proses berpikirnya.

c. Mulai dapat merumuskan hipotesis sebelum ia berbuat dan ia dapat melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesisnya.

d. Dapat merumuskan dalil/teori, menggeneralisasikan hipotesis dan mengetes bermacam-macam hipotesis.

e. Dapat menghayati derajat kebaiakn dan kesalahan dan dapat memandang definisi, aturan dan dalil dalam konteks yang benar dan ojektif.

f. Dapat berpikir deduktif dan induktif; dapat memberikan alasan-alasan dari kombinasi pernyataan dengan menggunakan konjungsi, disjungsi, dan implikasi serta mengerti induksi matematika

Tahap-tahap perkembangan kognitif J. Bruner

J. Bruner sebagai seorang ahli psikologi kognitif, seperti halnya dengan piaget, ia membagi perkembangan mental anak-anak berkaitan dengan kegiatan anak belajar ada 3 tahap al :

  1. Tahap Enaktif

Tahap ini, dalam belajarnya anak-anak tidak memanipulasi objek nyata secara langsung.

  1. Tahap Ikonik

Dalam tahap ini, dalam belajarnya anak-anak tidak memanipulasi objek nyata secara langsung seperti pada tahap enaktif, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan gambaran dari objek

  1. Tahap Simbolik

Anak-anak yang sudah berada pada tahap ini sudah dapat memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek nyata

Tahap-tahap perkembangan kognitif L. Kohlberg

Lawrence Kohlberg moral kognisi berdasarkan teori perkembang J.Piaget. Ia membagi moral kognisi dalam tiga tingkatan yaitu:

  1. Tingkat Prakonvensional

a. Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman; ukuran kebaikan dan keburukan ditentukan oleh ganjaran dan hukuman

b. Tahap orientasi egois yang naif; ukuran tindakan yang benar ditentukan oleh tingkat kepuasan memenuhi kebutuhan

2. Tingkat Konvensional

a. Tahap orientasi anak baik; ukuran perilaku yang baik adalah bila disenangi orang lain

b. Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma sosial; ukuran perilaku yang baik adalah yang sesuai dengan harapan keluarga, kelompok, atau bangsa.

3. Tingkat Post-Konvensional

a. Tahap orientasi kontrak sosial legal; yaitu tindakan yang mengikuti standar masyarakat

b. tahap orientasi prinsip etika universal; yaitu tindakan yang melatih kesadaran mengikuti keadilan dan kebenaran uniersal.

B. PSIKOLOGI BELAJAR

Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakusecara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.

Ada tiga aliran besar dalam teori belajar mengajar yaitu : Aliran psikoklogi Tingkah Laku (Behaviorism), psikologi Gestalt, dan psikologi Kognitif (Constructivism) yang dapat diaplikasikan ke dalam pengajaran matematika.

1. Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorism)

a. Teori Pengaitan dari Edward L. Thorndike ( 1874 – 1949 )

Berdasarkan hasil percobaannnya di Laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).

Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).

b. Teori Penguatan B.F. Skinner

Skinner mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.

c. Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne

Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru (modern neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan tidak langsung. Objek langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tak langsung adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin diri, dan bersikap positif terhadap matematika.

Gagne berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatan belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi dan diukur. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “ teori hirarki belajar”

Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.

Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan suatu topic matematika guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar serta membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya. (2) guru dapat memilih tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan diajarkan.

Perkembangan kemampuan belajar menurut Gagne (McNeil,1977)

  1. Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dan d.
  2. Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, hurup mati, dsb.
  3. Belajar Prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.

Pemecahan masalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru

d. Teori Belajar Bermakna dari David P.Ausubel

Dari dua dimensi kegiatan belajar tersebut, Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar yaitu sebagai berikut:

  1. Belajar dengan penemuan yang bermakna
  2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
  3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna
  4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna

2. Aliran Psikologi Gestalt

Dikembangkan di Eropa pada sekitar tahun 1920-an. Pada awalnya psikologi Gestalt hanya dipusatkan pada fenomena yang dapat dirasa, tetapi pada akhirnya difokuskan pada fenomena yang lebih umum, yaitu hakikat belajar dan pemecahan masalah (Resnick & Ford, 1981:129-130).

Esensi dari psikologi Gestalt bahwa berpikir adalh usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang dihadapi sebagai entitas yang secara keseluruhan terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah (Orton, 1990:89).

Menurut pandangan psikologi Gestalt, seseorang memperoleh pengetahuannya melalui pemahaman terhadap sensasi atau informasi yaitu dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusun kembali struktur itu dalam bentuk struktur yang lebih sederhana sehingga sensasi atau informasi itu lebih mudah dipahami.

3. Aliran Psikologi Kognitif

a. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget

Piaget adalah ahli psikologi Swiss yang latar belakang pendidikan formalnya adalah falsafah dan biologi. Piaget mengemukakan Teori Perkembangan Intelektual (kognitif)

C. PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial membahas tentang keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.

Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:

1. Kepribadian orang itu

2. Perilaku orang itu

3. Latar belakang situasi

Menurut Klinger (Savage, 1991) factor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah:

1. Minat dan kebutuhan individu

2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas

3. Harapan sukses

Aspek-aspek psikologis kehidupan individu dalam masyarakat antara lain:

1. Kasih sayang:

Kasih sayang berkembang disebabkan oleh:

a. pembawaan (genetis).

b. hasil belajar,

2. Pembentukan Kesan:

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain dipengaruhi oleh:

a. Kepribadian orang yang diamati.

b. Perilaku orang yang diamati.

c. Latar Belakang situasi waktu mengamati.

3. Persepsi diri sendiri bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta dipengaruhi oleh sikap dan perasaan Selengkapnya...