Jumat, November 06, 2009

LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Definisi Landasan Psikolgis Proses Pendidikan:

Ilmu yang mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip metode, teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan.

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mentalPsikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar.

A. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Psikologi perkembangan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan dan perubahan aspek kejiwaan manusia sejak dilahirkan sampai dengan mati. Terapan dari ilmu psikologi perkembangan digunakan di bidang berbagai bidang seperti pendidikan dan pengasuhan, pengoptimalan kualitas hidup dewasa tua, penanganan remaja.

TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN

Menurut pendapat beberapa ahli psikologi adalah :

* Aristoteles (384 – 322 SM)

  1. masa kanak-kanak ( 0 -7 th)
  2. Masa Anak ( 7 – 14 th)
  3. Masa Remaja (14 – 21 th)
  4. Masa Dewasa

* JJ Rouseau

  1. Masa Bayi ( 0 – 2 Th) sebagai binatang
  2. Masa kanak-kanak ( 2 – 12 th ) sebagai manusia biadab
  3. Masa remaja Awal (12 – 15 th) sebagai petualang
  4. Masa Remaja ( 15 – 24 th) sebagai manusia beradab

* Stanley Hall

  1. Masa kanak-kanak ( 0 – 4 th0 sebagai binatang melata
  2. Masa anak ( 4 – 8 th) sebagai manusia pemburu
  3. Masa remaja ( 8 – 12 th ) sebagai manusia biadab
  4. Masa remaja ( 15 – 24 th) sebagai manusia beradab

* Sigmun Freud

  1. Masa bayi (0—2 th) masa oral stage
  2. Masa anal (2—4 th) merasa senag bila ada sentuhan diberikan
  3. Masa falik (4—6th) merasa senag bila ada sentuhan kelamin
  4. Masa latensi (15—24 th) dorongan seksual tersembunyi
  5. Masa genital (12 th sampai dewasa)

* Erikson

  1. Masa bayi ( 0 – 1 th) kepercayaan pada orang tua
  2. Masa kanak-kanak ( 1 – 3 th) otonomi dan rasa malu
  3. Masa pra sekolah ( 3 – 6 th ) inisiatif dan rasa bersalah
  4. Masa sekolah ( 6 – 12 th) kemampuan menciptaqkan sesuatu
  5. masa remaja ( 12 – 18 th) integritas disri dan kebingungan

* Donald B. Helms dan Jeffrey S. Tunner (1981)

  1. Masa Pranatal (sebelum lahir sampai lahir)
  2. Masa bayi (0—2 th)
  3. Masa kanak-kanak (2—3/4 th)
  4. Masa anak kecil (3/4—5/6th)
  5. Masa anak (6—12 th)
  6. Masa remaja (12—19th)
  7. Masa dewasa muda (19—30 th)
  8. Masa dewasa (30—65 th)
  9. Masa usia lanjut (65 tahun ke atas)

Tahap-tahap perkembangan kognitif J. Piaget

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.

Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:

  1. Tahap Sensorimotor ( 0 – 2 th)

Anak-anak berada pada tahap ini,pikir melalui gerak dan reaksi yang spontan. Kemudian belajar mengembangkan dan menyelaraskan gerak jasmaniahnya dengan perbuatan mentalnya menjadi tindakan-tindakan atau perbuatan yang teratur dan pasti dan juga ia belajar mengkoordinasikan akal dan gerak

  1. Tahap Praoperasional ( 2- 7 th)

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Representasi sesuatu dapat dinyatakan melalui bahasa, gambar atau permainan khayalan

b. Anak mengkaitkan pengalaman pribadinya dengan pengalaman di luar dirinya

c. Anak mengira bahwa cara berpikir dan pengalamannya sama dengan apa yang dipikirkan dan dialami orang lain

d. Anak mengira benda-benda tiruan, memiliki sifat dan fungsi sama dengan benda aslinya.

e. Anak belum dapat membedakan antara kejadian yang sebenarnya (fakta) dengan fantasinya. Karena itu, kalau ia berdusta, ”berdustanya” bukan karena moralnya jelek

  1. Tahap Operasi Konkret ( 7 – 11 th)

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Egoime yang menonjol pada anak tahap praoperasi, pada permulaan tahap ini sudah berkurang. Misalnya, anak sudah mulai dapat bermain bersama dengan anak-anak lain, mengizinkan anak lain untuk menggunakan mainannya dsb

b. Dapat memikirkan suatu benda yang memiliki beberapa karekteristik secara serentak dan mengelompokkannya dalam satu himpunan dan himpunan bagian berdasarkan karakteristik khusus.

c. Sudah mampu melakukan operasi reversibilitas.

Misalnya, anak sudah dapat memikirkan bahwa kalimat 6 + ... = 9 sama saja dengan 9 – 6 = ...

d. Sudah dapat memahami konsep kekekalan bilangan (banyaknya), kekekalan zat (massa), kekekalan panjang, kekekalan luas, kekekalan berat, dan bahkan kekekalan isi.

e. Dapat memahami pandangan orang lain dan dapat membedakan antara perbuatan salah yang disengaja dengan yang tidak disengaja

f. Masih mendapat kesukaran menjelaskan pribahasa dan belum mampu melihat arti yang tersembunyi

g. Meskipun anak telah dapat mengingat definisi yang dibuat oleh orang lain mampu menghapalkanya, namun sebelum akhir tahap ini anak masih belum dapat membuat definisi deskriptif secara tepat.

h. Meskipun sudah mampu melakukan operasi-operasi yang agak kompleks secara subtitusi, gabungan dan irisan himpunan, kebalikan (invers), namun belum mampu melakukan operasi-operasi tersebut dengan simbol-simbol.

4. Tahap Operasi Formal

Ciri-ciri tahap ini al :

a. Untuk menyajikan abstraksi mentalnya, anak tidak memerlukan lagi perantara benda konkret

b. Sudah dapat mempertimbangkan banyak pandangan sekaligus dan dapat memandang perbuatannya secara objektif dan dapat merefleksikan proses berpikirnya.

c. Mulai dapat merumuskan hipotesis sebelum ia berbuat dan ia dapat melakukan percobaan untuk membuktikan hipotesisnya.

d. Dapat merumuskan dalil/teori, menggeneralisasikan hipotesis dan mengetes bermacam-macam hipotesis.

e. Dapat menghayati derajat kebaiakn dan kesalahan dan dapat memandang definisi, aturan dan dalil dalam konteks yang benar dan ojektif.

f. Dapat berpikir deduktif dan induktif; dapat memberikan alasan-alasan dari kombinasi pernyataan dengan menggunakan konjungsi, disjungsi, dan implikasi serta mengerti induksi matematika

Tahap-tahap perkembangan kognitif J. Bruner

J. Bruner sebagai seorang ahli psikologi kognitif, seperti halnya dengan piaget, ia membagi perkembangan mental anak-anak berkaitan dengan kegiatan anak belajar ada 3 tahap al :

  1. Tahap Enaktif

Tahap ini, dalam belajarnya anak-anak tidak memanipulasi objek nyata secara langsung.

  1. Tahap Ikonik

Dalam tahap ini, dalam belajarnya anak-anak tidak memanipulasi objek nyata secara langsung seperti pada tahap enaktif, tetapi sudah dapat memanipulasi dengan gambaran dari objek

  1. Tahap Simbolik

Anak-anak yang sudah berada pada tahap ini sudah dapat memanipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak lagi ada kaitannya dengan objek-objek nyata

Tahap-tahap perkembangan kognitif L. Kohlberg

Lawrence Kohlberg moral kognisi berdasarkan teori perkembang J.Piaget. Ia membagi moral kognisi dalam tiga tingkatan yaitu:

  1. Tingkat Prakonvensional

a. Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman; ukuran kebaikan dan keburukan ditentukan oleh ganjaran dan hukuman

b. Tahap orientasi egois yang naif; ukuran tindakan yang benar ditentukan oleh tingkat kepuasan memenuhi kebutuhan

2. Tingkat Konvensional

a. Tahap orientasi anak baik; ukuran perilaku yang baik adalah bila disenangi orang lain

b. Tahap orientasi mempertahankan peraturan dan norma sosial; ukuran perilaku yang baik adalah yang sesuai dengan harapan keluarga, kelompok, atau bangsa.

3. Tingkat Post-Konvensional

a. Tahap orientasi kontrak sosial legal; yaitu tindakan yang mengikuti standar masyarakat

b. tahap orientasi prinsip etika universal; yaitu tindakan yang melatih kesadaran mengikuti keadilan dan kebenaran uniersal.

B. PSIKOLOGI BELAJAR

Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lakusecara sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar. Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.

Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.

Ada tiga aliran besar dalam teori belajar mengajar yaitu : Aliran psikoklogi Tingkah Laku (Behaviorism), psikologi Gestalt, dan psikologi Kognitif (Constructivism) yang dapat diaplikasikan ke dalam pengajaran matematika.

1. Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behaviorism)

a. Teori Pengaitan dari Edward L. Thorndike ( 1874 – 1949 )

Berdasarkan hasil percobaannnya di Laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan” (connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).

Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13; Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).

b. Teori Penguatan B.F. Skinner

Skinner mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant conditioning) dan penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.

c. Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne

Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru (modern neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan tidak langsung. Objek langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tak langsung adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin diri, dan bersikap positif terhadap matematika.

Gagne berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatan belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi dan diukur. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “ teori hirarki belajar”

Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.

Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan suatu topic matematika guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar serta membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya. (2) guru dapat memilih tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan diajarkan.

Perkembangan kemampuan belajar menurut Gagne (McNeil,1977)

  1. Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dan d.
  2. Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, hurup mati, dsb.
  3. Belajar Prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.

Pemecahan masalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru

d. Teori Belajar Bermakna dari David P.Ausubel

Dari dua dimensi kegiatan belajar tersebut, Ausubel mengidentifikasi empat kemungkinan tipe belajar yaitu sebagai berikut:

  1. Belajar dengan penemuan yang bermakna
  2. Belajar dengan penemuan tidak bermakna
  3. Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna
  4. Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna

2. Aliran Psikologi Gestalt

Dikembangkan di Eropa pada sekitar tahun 1920-an. Pada awalnya psikologi Gestalt hanya dipusatkan pada fenomena yang dapat dirasa, tetapi pada akhirnya difokuskan pada fenomena yang lebih umum, yaitu hakikat belajar dan pemecahan masalah (Resnick & Ford, 1981:129-130).

Esensi dari psikologi Gestalt bahwa berpikir adalh usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang dihadapi sebagai entitas yang secara keseluruhan terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah (Orton, 1990:89).

Menurut pandangan psikologi Gestalt, seseorang memperoleh pengetahuannya melalui pemahaman terhadap sensasi atau informasi yaitu dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusun kembali struktur itu dalam bentuk struktur yang lebih sederhana sehingga sensasi atau informasi itu lebih mudah dipahami.

3. Aliran Psikologi Kognitif

a. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget

Piaget adalah ahli psikologi Swiss yang latar belakang pendidikan formalnya adalah falsafah dan biologi. Piaget mengemukakan Teori Perkembangan Intelektual (kognitif)

C. PSIKOLOGI SOSIAL

Psikologi sosial membahas tentang keterkaitan masyarakat dengan kondisi psikologi kehidupan individu.

Psikologi Sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antar individu (Hollander, 1981).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu:

1. Kepribadian orang itu

2. Perilaku orang itu

3. Latar belakang situasi

Menurut Klinger (Savage, 1991) factor-faktor yang menentukan motivasi belajar adalah:

1. Minat dan kebutuhan individu

2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas

3. Harapan sukses

Aspek-aspek psikologis kehidupan individu dalam masyarakat antara lain:

1. Kasih sayang:

Kasih sayang berkembang disebabkan oleh:

a. pembawaan (genetis).

b. hasil belajar,

2. Pembentukan Kesan:

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain dipengaruhi oleh:

a. Kepribadian orang yang diamati.

b. Perilaku orang yang diamati.

c. Latar Belakang situasi waktu mengamati.

3. Persepsi diri sendiri bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, serta dipengaruhi oleh sikap dan perasaan Selengkapnya...

Rabu, November 04, 2009

LOGIKA

LOGIKA

A. Pengertian Logika

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.

Logika sebagai ilmu pengetahuan

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.

Logika sebagai cabang filsafat

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.

Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.

B. Dasar-dasar Logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

  1. Setiap mamalia punya sebuah jantung
  2. Semua kuda adalah mamalia
  3. Setiap kuda punya sebuah jantung


Penalaran induktif—kadang disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

  1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
  2. Kuda Australia punya sebuah jantung
  3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
  4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
  5. ...
  6. Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif.

Deduktif

Induktif

Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar

Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.

Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis.

Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

C. Sejarah Logika

1. Masa Yunani Kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:

  • Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)
  • Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
  • Air jugalah uap
  • Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

  1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian
  2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
  3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
  4. Analytica Priora tentang Silogisme.
  5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
  6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.

Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku Aristoteles.

Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan komentar- komentarnya.

Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

2. Abad pertengahan dan logika modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.

Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

  • Petrus Hispanus (1210 - 1278)
  • Roger Bacon (1214-1292)
  • Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
  • William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understanding

Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum.

J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic

Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

  • Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
  • George Boole (1815-1864)
  • John Venn (1834-1923)
  • Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs)

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika sebagai matematika murni

Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik).

Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

D. Kegunaan logika

Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.

Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.

Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.

Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme.

Adapun kegunaan logika adalah sebagai berikut:

  1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
  3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
  4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
  5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
  6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
  7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
  8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.

Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran.

Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang

E. Macam-macam logika

Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Logika alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.

2. Logika ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.

Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

Referensi

http://id.wikipedia.org/wiki/Logika#Logika_sebagai_cabang_filsafat didownload tanggal 4/11/2009 jam 21;19

http://www.ziddu.com/download/2058126/LogikaFilsafatIlmu.rar.html didownload pada Tanggal 4/11/2009 Jam 21:20

Selengkapnya...